Rabu, 18 Mei 2011

alasan Black Panther tidak bergabung dalam 8 aliran di Indonesia

KONGRES ke-IV PORKI bulan Oktober 1972 yang menghasilkan FORKI yang sekarang rupanya barulah langkah pertama penertiban perkaratean di Indonesia. 24 atau 25 perguruan yang telah terdaftar sebagai anggota FORKI dipandang oleh tokoh-tokoh FORKI yang menginginkan penertiban dan "pemurnian" sebagai benih yang bisa menimbulkan penyakit. Agaknya inilah motif utama diadakannya Musyawarah Lembaga Aliran (MLA) FORKI tanggal 30 Juni yang lalu. Dalam kata-kata Sabeth Muchsin: "Target Musyawarah Lembaga Aliran itu adalah untuk mencari kesamaan bahasa dalaun FORKl" Mottonya kira-kira: melindungi konsumen karate! Tidak Dipertandingkan Maka tak ubahnya Lembaga Konsumen, MLA-FORKI meneliti merek-merek karate perguruan yang jadi anggotanya satu demi satu-seakan selama ini lupa berkenalan meskipun sudah bertahun-tahun terlanjur "selapik-seketiduran".

Masing-masing diminta menjelaskan siapa dirinya, dari mana asal-usulnya, assembling lokal atau orisinilkah dia. Dan bagaikan Departemen Perdagangan yang harus mengeluarkan izin usaha, MLA-FORKI mengeluarkan putusan pertamanya: tidak peduli assembling lokal atau orisinil, pokoknya hanya 8 aliran karate yang diakui dan diizinkan menjalankan usaha di Indonesia. Para anggota diminta menentukan sendiri ke mana dirinya tergolong: Shotokan, Shotokai, Shito Ryu, Kyokushinkai, Kyushin Ryu, Kei Shin Kan ataukah Wado Ryu? Mengapa hanya 8? Chaerul Taman dari Wado-kai, Baud Adikusumo dari INKADO dan Nico Lumenta dari INKAI memberikan jawaban yang sama: itu sesuai dengan jumlah aliran besar yang kini hidup di Jepang. "Jepang" di sini digaris bawahi mereka. "Kalau namanya karate asalnya haruslah Jepang", begitu pendapat mereka -- seperti juga kalau namanya "gaisha" aslinya musti Jepang sekalipun barangkali terlihat kegiatannya di Kampala, Jenewa atau Pulau Siberut.

Duapuluh tiga anggota setelah mengacai diri masing-masing segera menyalakan tampang dirinya tergolong keluar pabrik yang mana dari 8 macam, yang sudah diakui FORKI itu. Bagaimana 2 anggota lainnya? Tako (Tangan Kosong) dari Medan belum bisa segera mengatakan keturunan siapa ia sebenarnya. Tapi bagi yang satu lainnya, yaitu Black Panther yang dipimpin Teuku Syahriar Mahyoedin rupanya bukan soal masih perlu melihat dirinya di cermin atau tidak.

 Perguruan yang satu ini merasa yakin betul, dirinya tidaklah tergolong satu pun di antara yang delapan itu. "Black Panther mempunyai gaya tersendiri", kata Teuku Syahriar kepada TEMPO. "Titik berat kami pada seni beladirinya dan bukan pada olahraga. Karena itu karate Black Panther tidak dipertandingkan". Tapi bagi FORKI rupanya tidak pening apakah dipertandingkan atau tidak sebab aliran Shotokai juga tidak dipertandingkan di Pertandingan itu hanyalah satu cara untuk mengetahui tingkat-tingkat kemajuan olahraga karate", kata Baud A.D. Adikusumo, Ketua III/Bidang Pembinaan PB FORKI.

Yang diperlukan FORKI dari Black Panther adalah identitas asal-usul karatenya. Pentingnya identitas ini baik untuk menjaga kemurnian ilmu beladiri "karate" seperti yang dikatakan Sabeth Muchsin, maupun untuk "menjaga jangan sampai masyarakat terbawa pada perkembangan yang keliru", seperti dicemaskan Ir. Chaerul Tatnan ketua Wado Kai dari aliran Wado Ryu. Apakah Teuku Syahriar memang belum menyatakan identitas dirinya dalam Musyawarah itu? Agaknya sudah, tapi belum dalam arti seperti yang diinginkan FORKI. Musyawarah yang tegang itu diakhiri dengan memberi waktu pada Black Panther (dan juga Tako) menentukan pilihannya dalam 3 bulan yaitu sampai 30 September 1975.

Tako akhirnya memutuskan memilih bernaung di bawah atap Shito Ryu. Tapi Syahriar Mahyoedin atas nama Black Panther dalam suratnya sepanjang 4 folio tik rapat bertanggal 17 September kepada PB FORKI tak lebih dari hanya mengulangi lagi pendiriannya dalam Musyawarah 30 Juni. Yaitu, tidak bersedia masuk ke salah satu aliran yang 8 dan minta diakui sebagai satu aliran tersendiri: jika dipaksa juga Black Panther keluar dari keanggotaan FORKI. Surat itu dikirim kepada 7 tembusan mulai dari Men. Hankam Jenderal Panggabean sampai ke Penasihat Hukum Black Panther Karate.

Sebelumnya bukan tidak ada yang mencoba mencarikan jalan keluar dari kesulitan ini. Setelah selesai Musyawarah 30 Juni itu Baud A.D. Kusumo dan Sabeth Muchsin mengambil inisiatif mempertemukan Teuku Syahriar dengan Chaerul Taman pimpinan Wado kai di luar FORKI. Keduanya membujuk Syahriar agar mau bergabung saja dengan Wado-kai yang anggotanya memang masih sedikit. Chaerul sendiri rupanya tidak keberatan dengan ide penggabungan kedua perguruan itu. "Jika ini terjadi, caranya bisa seperti yang ter jadi dengan PORKI dulu", kata Chaerul Taman kepada TEMPO dua minggu lalu. Yang dimaksud adalah pembentukan INKAI oleh orang-orang Shotokan yang tadinya memiliki PORKI, sehingga PORKl sendiri bisa dipakai sebagai wadah federasi antara organisasi aliran manapun termasuk Shotokan sendiri (INKAI pinpinan Sabeth Muchsin, Lemkari pimpinan Anton Lesiangi dan INKADO pimpinan Baud A.D. Kusumo).

Menurut Chaerul Taman, kalau Black Panther berafiliasi dengan Wado Ryu tak pernah ia membubarkan diri, bisa terus saja dengan nama Black Panther. "Dalam hal ini organisasi saya yang mengecilkan diri sehingga Wado Ryu menjadi wadah federasi". Kepiting Tapi seperti kemudian terbukti, usaha ini menemui kegagalan. Syahriar sendiri mengakui, setelah sekali pertemuannya dengan Chaerul Taman, mereka tak pernah bertemu lagi. "Bapak-bapak yang ada di belakang Black Panther tidak menyetujui penggabungan itu", kata Syahriar tanpa memberi petunjuk siapa-siapa bapak-bapak yang dimaksudnya itu.

Namun Sy'ahriar menyingkirkan wasangka yang mungkin timbul bahwa penolakannya bergabung dengan Wado Ryu karena kuatir harus banyak mnyesuaikan diri dengan ketentuan-ketentuan aliran itu, termasuk masalah pemakaian sabuk dan ujian kenaikan tingkat. Seperti diceritakan Chaerul Taman, "penyesuaian-penyesuaian itu memang harus dilakukan bagi siapa saja yang mau berafiliasi dengan kita. Ini bukan kehendak saya, ini ketentuan perguruan" . Bagaimanapun sikap tegas yang diperlihatkan Syahriar tidak cuma menyulitkan Black Panther saja, tapi juga menyulitkan fihak FORKI pula.

Paling tidak, adanya organisasi karate--yang nota bene cukup besar anggotanya seperti Black Panther jika perguruan ini ternyata hidup terus - akan merupakan beban kewibawaan bagi PB FORKI. Barangkali karena mencium akan adanya kesulitan seperti itu, maka Sabeth Muchsin misalnya mengatakan ia cenderung untuk tidak membiarkan Black Panther keluar dari FORKI selama perguruan itu masih memakai nama karate.

Sebab "wadah yang mengurus masalah perkaratean di Indonesia ini adalah FORKI", kata Sabeth mengetengahkan alasannya. Tapi bagaimana caranya jika FORKI sendiri tidak bersedia memenuhi keinginan Black Panther?" Di sini jelas terlihat diakui atau tidak keputusan Musyawarah Lembaga Aliran FORKI 30 Juni itu sesungguhnya masih merupakan suatu diskusi yang belum selesai Jika target Musyawarah memang "kesamaan bahasa" seperti yang dikatakan Sabeth, langkah yang diambil seyogyanya tidak dimulai dari mengurung gerak sendiri pada batas 8 aliran, apalagi kemudian ditambah pula dengan keputusan: tidak menerima anggota baru.

Mungkin benar 8 aliran yang diakui itu merupakan aliran-aliran besar yang kini ada di Jepang, tapi pasti itu belum seluruh aliran yang ada di sana. Diproyeksikan ke masa yang lebih jauh ke depan, bagaimana kalau kelak 10 atau 15 tahun lagi, aliran-aliran besar yang hidup di Jepang sudah bertambah dua kali lipat dari yang ada sekarang karena banyak murid hebat-hebat yang ternyata bisa menciptakan aliran sendiri? Ini bukanlah sesuatu yang mustahil karena bukankah berbagai aliran yang kini dikenal dan diakui FORKI sesungguhnya belum ada 15 -20 tahun yang lalu!

Jika Advent Bangun misalnya ternyata kreatif sehingga 15 atau 20 tahun mendatang tingkat karatenya sedemikan rupa dan lebih baik dari karateka terbaik yang ada di Jepang sendiri dan ia menciptakan aliran baru yang diberinya nama "Kepiting Di Lubang Angin", apakah aliran ini harus ditolak FORKI ! Otodidak Karate Kekuatiran FORKI kalau-kalau karate disalah gunakan serta kecemasannya bahwa ilmu beladiri ini dapat berkembang ke arah yang keliru tidaklah perlu membuat FORKI mengambil keputusan tergesa-gesa yang akibatnya justru menciptakan keruwetan yang sesungguhnya tak usah terjadi. Kritik ini tidak dengan sendirinya berarti suara simpati terhadap Black Panther.

Sebab tanpa adanya keputusan MLA-FORKl itupun, masyarakat toh pantas juga kalau ingin tahu tentang apa, bagaimana, di mana persamaan dan perbedaan karate Black Panther dengan karate aliran-aliran lain. Dan pertanyaan ini telah ditanyakan langsung oleh FORKI, suatu wadah karate di mana Black Panther sendiri menjadi anggota dan turut membubuhkan tanda-tangan pada piagam berdirinya. Tak ada forum yang lebih tepat bagi Black Panther untuk menceritakan kepada masyarakat tentang dirinya selain badan ini.

Sebaliknya FORKI pun perlu memiliki - katakanlah - pandangan sejarah perkaratean di Indonesia, mendengarkan dengan lebih dahulu membuang dari dirinya prasangka yang mungkin ada yang mungkin secara tidak disadarinya telah memainkan pengaruh terhadap keputusan-keputusan yang diambilnya. Karate toh tidak dipatentkan oleh siapapun, di Jepang atau di manapun dan "sekolah" atau perguruan bukan satu-satunya tempat untuk bisa dan menguasai ilmu beladiri karate bukan?

Kalau Alva Edison bisa menemukan listrik hanya dengan belajar sambilan sehabis kerja, mengapa tak mungkin adanya semacam 'otodidak' dalam karate ! Tentu saja dari orang ini dituntut tanggungjawab setidak-tidaknya secara moral jika ia bermaksud ikut menjual pula ilmu itu kepada masyarakat.
Karena karate tak bisa disamakan dengan batu baterei yang dua tiga merek secara bersama-sama bisa menyerbu masyarakat sambil menepuk dada masing-masing dirinya No. 1. Dalam bidang beladiri yang No. 1 itu tidak hanya keunggulan dalam teknik dan keampuhan tapi terutama kejujuran dan rendah 

APAKAH yang diajarkan Prof.Teuku M.A.S.D.E.S.W. Syahriar Mahyoedin C.L.M.Sc, dengan organisasinya: International Black Panther Karate, karate atau bukan ? Tokoh-tokoh di PB FORKI yang ditanyai TEMPO umumnya memberikan jawaban sekitar "Saya belum pernah lihat" dan "Yaah, cuma...". Sabeth Muchsin berpendapat "bentuk-bentuk Kihonnya memperlihatkan unsur-unsur karate". Juga Nico Lumenta yang seorganisasi dengan Sabeth di INKAI berpendapat sama. "Cuma kelihatannya banyak unsur bantingan judo di sana", katanya. Bagaimanapun juga komentar yang terdengar selama ini menunjukkan adanya keragu-raguan fihak tokoh-tokoh FORKI akan "murninya" karate yang diajarkan Syahriar. Hal ini agaknya bukan tak disadari Syahriar sendiri. Barangkali itulah sebabnya dalam suratnya kepada PB FORKI tanggal 17 September 1975 yang berisi jawaban Black Panther untuk tidak mau berafiliasi dengan satu diantara delapan aliran yang sudah diakui FORKI.

Syahriar tak lupa mengundang fihak PB FORKI untuk "meringankan langkah untuk membuktikan dengan mata kepala sendiri bagi penggemblengan para karateka anggota perguruan kami". Kepada TEMPO dua minggu lalu, Syahriar malahan menegaskan lagi bahwa kalau diperlukan ia tidak keberatan ada team penilai FORKI untuk menilai aliran Black Panther. Tapi dengan syarat: anggota penilai haruslah orang-orang dari kelompok yang bukan Shotokan, di samping organisasinya lebih besar daripada organisasi Black Panther. Tidak hanya itu. "Kalau toh FORKI masih penasaran lebih baik datangkan saja tokoh-tokoh bangsa Jepangnya dari Jepang dari semua aliran ke bumi Indonesia untuk melihat aliran atau gerakan Black Panther", kata Teuku Syahriar.

Tapi dari mana sesungguhnya Teuku Syahriar belajar karate? Dalam karate-gi tebal bertuliskan nama lengkapnya di dada kanan, simbul Black Panther di dada-kiri serta sabuk merah (di Jepang ini berarti si pemakainya sudah tingkat master atau pencipta aliran) di pinggang, di sela-sela gaduh suara latihan di gang sempit deretan ruang kuliah yang sudah kosong di kompleks UI Salemba Petang jum'at dua minggu lalu, Teuku Syahriar menyingkapkan kisahnya.

Menurut Syahriar, ia mulai belajar karate ketika baru berusia 7 tahun di Medan. Gurunya bernama Kobayashi, seorang perwira intel Jepang kelahiran Okinawa meskipun ibunya berasal dari Korea. Kobayashi, menurut Syahriar telah menjadi kenalan baik keluarga mereka. Mungkin karena itu suatu hari si intel ini menawarkan kepada kakeknya Syahriar untuk mengajarkan "ilmu beladiri Jepang yang hebat yang disebut karate".
  
Merasa sudah tua si kakek menolak, tapi minta kepada Kobayashi agar ilmu itu diajarkan saja kepada cucunya, Syahriar Mahyoedin. Passus Berani Mati. "Jadi karate saya asli asal Okinawa", kata Syahriar. "Waktu itu memang saya kagum pada Kobayashi karena dia mendemonstrasikan mampu memecahkan benda-benda keras dengan tangan kosong". Menurut Syahriar ia tidak pernah menanyakan kepada gurunya aliran apa yang diajarkannya itu. "Soal aliran itu baru sekarang saja timbulnya". kata Syahriar.

"Dulu tidak ada aliran-aliran". Katanya, setelah Jepang meninggalkan Indonesia ia tetap meneruskan latihan karate yang sudah didapatinya dari Kohayashi. Kemudian ia melanjutkan memperdalam ilmu karatenya di beberapa kota di Okinawa seperti Koza, Naka dan Nago. Kapan itu ? "Yaa, sekitar tahun lima-puluhanlah". Akan nama Black Panther yang kini dipakainya, sejarahnya tak kurang serunya.

Disebutkan, dari Kebayoran latihan kemudian dialihkan ke Cilincing. Tapi karena rahasia ini kelihatannya mulai terbongkar, latihan digeser lagi ke arah Bekasi. Dan agar tidak diketahui penduduk--maklumlah rahasia namanya -- untuk mencapai tempat latihan "diadakan suatu sistim penyusupan para anggota seorang demi seorang pada tengah malam buta".

Karena untuk memecahkan benda-benda keras tentu harus ada benda-bendanya maka meskipun namanya menyusup para anggota juga harus berhasil menggotong benda-benda keras itu ke tempat latihan.

Sebabnya, "karena Black Panther dianggap merupakan saingannya", meskipun 'kami sama sekali tak punya ambisi apa-apa kecuali hanya ingin mendidik generasi muda ilmu seni beladiri karate. Itulah sebabnya kami tak merasa perlu untuk duduk dalam kepengurusan FORKI". Teuku Syahriar  mengatakan "walau apapun yang terjadi Black Panther tetap tidak mau berafiliasi dengan salah satu dari aliran yang 8 itu".

 Katanya, sekarang ini Black Panther mempunyai anggota antara 15 sampai 18 ribu orang terdiri dari sipil maupun militer, tersebar di Sumatera dan Jawa. "Saya siap menghadapi risiko apapun. Ke luar dari FORKI maupun Black Panther dibubarkan. Black Panther boleh dibubarkan, asal oleh pemerintah, karena kami badan hukum".

Dibubarkan atau tidak itu memang seperti dikatakan Ketua Umum PB FORKI Widjojo Sujono--bukan urusan FORKI melainkan urusan pemerintah (lihat box). Tapi risiko yang ditantang Syahriar agaknya telah mulai berdatangan sekarang. Menurut Syahriar, di Surabaya anggota-anggota Black Panther sedang latihan terpaksa menghentikan latihannya karena lampu-lampu ruangan ada yang mencopotinya karena di tempat yang sama ada aliran lain yang mau latihan.

Di Karate Hall Cempaka Putih Jakarta, di mana Black Panther menurut Syahriar biasa mendapat jatah latihan 2 kali seminggu a 2 jam, kini tinggal diberi jatah seminggu sekali saja. Sedang aliran-aliran lain, katanya, diberi jatah 2 kali seminggu a 2 jam. Kurang jelas apakah dalam hubungan dengan situasi sekarang ini juga tapi waktu TEMPO menemuinya di UI dua minggu lalu tempat latihan anggota-anggota Black Panther yang sudah lama menunggu mendadak harus dipindahkan ke suatu gang sempit antara ruang-ruang kuliah akibat "petugas yang pegang kunci ruangan yang biasa dipakai latihan Black Panther tidak muncul".

Ketegangan nampaknya sedang berkelibat mengatur langkahnya di kalangan dunia beladiri yang satu ini! Sementara itu fihak Teuku Syahriar rupanya bukan tidak memikirkan untuk ke luar dari posisi defensifnya sekarang dan mulai membuat langkah ofensif. Menurut Syahriar ia kini sudah siap untuk membuat wadah persatuan baru di luar FORKI. Katanya wadah ini akan diberi nama PERKINDO yaitu singkatan dari Persatuan Karate Indonesia. Wadah ini akan menampung anggota-anggota FORKI yang schaluan dengan Black Panther dan mengikuti Black Panther ke luar dari FORKI. Juga akan menampung "semua aliran karate yang berada di luar FORKI yang selama ini diputuskan harus memiliki 5 Pengda baru bisa diterima menjadi anggota dan harus bergabung dari 8 kelompok yang telah ditetapkan". "

Bayi PERKINDO yang akan lahir sudah dijamin dalam segala segi oleh para tokoh militer dan sipil yang memang merasakan adanya rasa tidak puas yang dilakukan oleh FORKI sejak lama", kata Syahriar. Tapi Ketua Umum PB FORKI Letjen Widjojo Sujono tidak yakin pembentukan wadah baru karate itu bisa dilakukan.



8 komentar:

  1. Dojo nya dimana?
    Di surabaya ada gak?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kayaknya situs ini nggak ada adminnya lagi. Mau ikut latihan to Mas? Ini latihannya keras, berat dan menyakitkan tapi memberikan semangat juang yang tinggi

      Hapus
  2. Itu baru gebrakan namanya..

    BalasHapus
  3. black panther makassar masih hidup, silahkan gabung

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kenapa hanya makassar yg msh hidup, yg di jakarta dan lainnya pd kemana ? Sy latihan black panther lgsg dr Tengku Syahriar Mahyudin di Jakarta, di parkiran gedung LIA, thn 1980-1981.

      Hapus
    2. Sama saya juga latihan disana fiparkiran gedung lia pramuka

      Hapus
  4. apakah black panther termasuk ajang olahraga? dan msih terdaftarkah di FORKI sampai saat ini

    BalasHapus